Senin, 20 Juni 2011

Kumpulan Foto-foto Gempa dan Tsunami Jepang

Gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter yang mengguncang pesisir timur laut Jepang di Kepulauan Honshu, memicu gelombang dahsyat tsunami setinggi empat hingga 10 meter. Foto-foto berikut menggambarkan betapa luar biasanya kekuatan tsunami yang menyapu rumah, kendaraan, bahkan bangunan bertingkat yang ada di pesisir timur laut Jepang.
Gelombang Tsunami menerjang pemukiman penduduk di wilayah Natori, Miyagi, Jepang setelah sebelumnya diguncang gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter, Jumat, 11 Maret 2011. Foto: AP Photo/ Kyodo News

Bandara Sendai, Miyagi, Jepang diterjang oleh tsunami setelah sebelumnya diguncang gempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter, Jumat, 11 Maret 2011 .(AP Photo/Kyodo News)

Pesawat ringan dan puluhan kendaraan hanyut terbawa gelombang tsunami yang menerjang Bandara Sendai, Jepang bagian utara. Foto: AP Photo/Kyodo News

Rumah, mobil dan puing-puing hanyut diterjang gelombang tsunami di wilayah Kesennuma, Miyagi, Jepang. Foto: AP Photo/Keichi Nakane, The Yomiuri Shimbun

Kebakaran besar melanda kilang minyak Cosmo di kota Ichihara di prefektur Chiba dekat Tokyo. Kebakaran dipicu gempa berkekuatan 8,9 skala Richter yang mengguncang Jepang. Foto: AP Photo/Kyodo News

Warga mengungsi ke tempat yang tinggi untuk menghindari terjangan gelombang tsunami di wilayah Kesennuma, Miyagi, Jepang bagian utara. Foto: AP Photo/Keichi Nakane

Renungan dan Kesaksian : “Rahasia Besar di Balik Tsunami Aceh”



Renungan dan Kesaksian : “Rahasia Besar di Balik Tsunami Aceh”

Cerita ini adalah kisah nyata dan rahasia di balik terjadinya tsunami Aceh dengan kesaksian 400 orang umat Kristen bahwa kisah ini sungguh terjadi...
Bencana Raya Tsunami Aceh 2004 sudah lama berlalu, tapi tak seorangpun yang akan pernah melupakannya. Prahara itu setara dasyatnya dengan Bom Hiroshima dalam catatan sejarah bumi ini. Sampai kapanpun orang tidak akan pernah lupa pada Tsunami Aceh, dan seluruh umat manusia, keturunan demi keturunan, akan terus mengenangnya.Orang akan tetap mengingatnya sebagai bencana alam terbesar sepanjang zaman modern.
Tak seorangpun yang akan lupa betapa stasiun-stasiun TV menayangkan video-video mengerikan: mayat-mayat manusia bergeletakan tak berarti di jalan-jalan, di trotoar, di lapangan, di selokan-selokan, tergantung di tiang listrik, di atas pohon dan tempat-tempat lain. Para reporter melaporkan langsung dengan berdiri di sekitar tumpukan mayat berserakan, bagai tumpukan ikan di pasar ikan.
Tapi adakah yang tahu rahasia besar di balik peristiwa dahsyat itu? Sekaranglah saatnya rahasia itu diungkapkan secara luas, agar menjadi peringatan besar bagi dunia, sama seperti Bahtera Nuh menjadi peringatan akan bengisnya murka Allah atas manusia di jaman itu.
Berikut ini saya salin dari catatan harian saya dari tahun 2005 lalu.
“Tadi pagi saya mendengar cerita yang menggetarkan dari tante saya. Beliau adik perempuan ibu saya, yang baru tiba dari Pekan Baru-Riau beberapa hari lalu ke kota ini, untuk meninjau anaknya yang sekolah disini. Cerita itu terlalu mengguncangkan sampai saya merinding mendengarnya dan memutuskan untuk menulisnya disini. Beliau bercerita tentang sebuah peristiwa yang luput dari pers, yang menjadi awal dari bencana besar Tsunami Aceh 2004 lalu”
Tanggal 24 Desember 2004, sebuah jemaat gereja berjumlah kira-kira 400 jiwa di Meulaboh, Aceh Darussalam, sedang kumpul-kumpul di gedung gereja untuk persiapan Natal, tiba-tiba mereka didatangi segerombol besar massa berwajah beringas. Mereka adalah warga kota, tetua-tetua kota, aparatur pemerintah serta polisi syariat. Massa ini dengan marah mengultimatum orang-orang Kristen itu untuk tidak merayakan Natal. Tetapi pendeta dan jemaat gereja itu mencoba membela diri, kurang lebih berkata:
“Mengapa Pak? Kami kan hanya merayakan hari besar agama kami. Kami tidak berbuat rusuh atau kejahatan kok. Acara besok untuk memuji dan menyembah Tuhan kok, Pak. Yakinlah, kami tidak akan mengganggu siapapun.”
Tetapi massa itu tidak menggubris dan kurang lebih berkata:
Sekali tidak boleh, ya tidak boleh! Ini negeri Islam! Kalian orang-orang kafir tidak boleh mengotori kota kami ini! Dengar, kalau kami membunuh kalian, tidak satupun yang akan membela kalian, kalian tahu itu!?”
Tetapi orang-orang Kristen itu tetap berusaha membujuk-bujuk massa itu. Lalu massa yang ganas itu memutuskan begini: “Kalian tidak boleh merayakan Natal di dalam kota. Kalau kalian merayakannya disini, kalian akan tahu sendiri akibatnya! Tapi kalau kalian tetap mau merayakan Natal, kalian kami ijinkan merayakannya di hutan di gunung sana!!”
Setelah mengultimatum demikian, massa itupun pergi. Lalu pendeta dan jemaat gereja itu berunding, menimbang-nimbang apakah sebaiknya membatalkan Natal saja, ataukah pergi ke hutan dan bernatal disana. Akhirnya mereka memilih pilihan kedua. Lalu berangkatlah mereka ke hutan, di daerah pegunungan. Di suatu tempat, mereka mulia membersihkan rumput dan belukar, mengikatkan terpal-terpal plastik ke pohon-pohon sebagai atap peneduh, lalu mulai menggelar tikar. Besoknya, 25 Desember 2004, jemaat gereja itu berbondong-bondong ke hutan untuk merayakan Natal.
Perayaan Natal yang sungguh memilukan sekali. Mereka menangis meraung-raung kepada Tuhan, meminta pembelaanNya. Sebagian besar mereka memutuskan menginap di hutan malam itu.
Lalu pagi-pagi buta sekali, ketika hari masih gelap, istri si pendeta terbangun dari tidur. Ia bermimpi aneh, membangunkan suaminya dan yang lain. Dalam mimpinya itu TUHAN YESUS datang kepadanya, menghiburnya dengan berkata:
Kuatkanlah hatimu, hai anakKu. Jangan engkau menangis lagi. Bukan kalian yang diusir bangsa itu, tetapi Aku! Setiap bangsa yang mengusir Aku dan namaKu dari negeri mereka, tidak akan luput dari murkaKu yang menyala-nyala. Bangunlah dan pergilah ke kota, bawa semua saudaramu yang tertinggal disana ke tempat ini sekarang juga, karena Aku akan memukul negeri ini dengan tanganKu!”
Lalu mereka membahas sejenak mimpi itu. Sebagian orang menganggap itu mimpi biasa, menenangkan si ibu pendeta dengan berkata kira-kira begini: “sudahlah Ibu, jangan bersedih lagi. Tentulah mimpi itu muncul karena ibu terlalu sedih”. Tetapi sebagian lagi percaya atau agak percaya bahwa mimpi itu memang betul-betul pesan Tuhan. Akhirnya mereka memutuskan mengerjakan pesan seperti dalam mimpi itu. Beberapa orang ditugaskan ke kota pagi buta itu juga untuk memanggil keluarga-keluarga jemaat yang tak ikut bernatal ke hutan.
Ketika pagi hari, sekitar pukul 7 s/d 8 pagi mereka semua telah berada kembali di pegunungan, mereka dikejutkan goncangan gempa yang dasyat sekali. Tak lama kemudian, peristiwa Tsunami Besar itupun terjadi.
Sekarang, pendeta gereja yang selamat itu telah pergi kemana-mana, mempersaksikan kisah luar biasa itu ke gereja-gereja di seluruh Indonesia, termasuk ke gereja dimana tante saya beribadah, di Pekan Baru.
Saya tidak tahu kebenaran cerita tante saya itu, sebab dialah orang satu-satunya yang pernah bercerita begitu pada saya.Itulah sebabnya saya tulis dulu di buku harian ini supaya saya tidak lupa dan supaya bila kelak saya telah mendengar cerita yang sama dari orang lain, barulah saya akan percaya dan akan saya ceritakan kepada sebanyak-banyaknya orang”.
Saudara dalam Yesus,
Beberapa waktu lalu, saya teringat pada catatan itu lalu terpikir untuk surfing di internet ini, apakah ada orang lain yang mendengar kesaksian yang sama. jika ada, berarti tante saya itu tidak membual pada saya, dan berarti peristiwa itu benar terjadi.
Lalu apa yang saya temukan? Saya BENAR-BENAR menemukannya setelah dengan susah payah membuka-buka banyak situs. Salah satunya saya temukan di pedalaman salib.net.
Itulah sebabnya catatan harian itu saya publikasikan di blog ini untuk saudara publikasikan lebih luas lagi ke seluruh dunia. Biarlah seluruh dunia tahu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Ia sungguh-sungguh HIDUP!
Haleluyah!!

Immanuel

Sumber : http://jordi920.skyrock.mobi/2860014512-RAHASIA-BESAR-DI-BALIK-TSUNAMI-ACEH.html
Tragedi tsunami di Aceh telah 5 tahun berlalu, bencana alam terbesar ini telah menewaskan ratusan ribu jiwa, jutaan rumah rata dengan tanah, bumi Aceh seperti ladang yang hanya berisi sampah reruntuhan dan mayat yang berserakan. Gulungan ombak itu seolah melenyapkan kehidupan di sana. Seluruh dunia turut berduka dalam tragedi tersebut.

Sebagian besar orang menganggap musibah ini adalah bencana alam. Sebabnya adalah lempeng bumi di belahan Sumatera yang mengalami pergeseran dan menimbulkan patahan sehingga terjadilah gelombang tsunami yang diawali dengan gempa bumi yang berkekuatan 6,8 skala richter menurut catatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Berbeda dengan catatan yang diberikan oleh NOAA Amerika Serikat yang mencatat bahwa kekuatan gempa mula-mula sebesar 8.0 SR kemudian diralat menjadi 8.5 SR lalu diralat lagi menjadi 8.9 SR sampai akhirnya NOAA menetapkan bahwa kekuatan gempa yang menimpa Aceh saat terjadinya tsunami adalah sebesar 9.0 SR.Perbedaan mengenai kekuatan gempa Aceh ini bagi sebagian kecil orang menjadi sebuah kecurigaan. Mereka menganggap ada skenario dibalik tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam. Seorang dosen Fakultas Tekhnik Unisba Bandung, M.Dzikron A.M termasuk ke dalam sebagian kecil orang yang mencurigai musibah yang melanda Aceh. Tak lain musibah itu diduga adalah skenario dari negara adidaya.
Selain adanya perbedaan mengenai catatan kekuatan gempa, faktor lain yang menguatkan bahwa tsunami Aceh merupakan tsunami buatan manusia adalah perbedaan mengenai letak Epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi). Australia merekam Magnitudo dan posisi Epicentrum sesuai dengan yang ditentukan oleh kantor Geofisika Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada Skala Richter menimpa utara pulau Sumatera. Titik gempa berada di 155 mil selatan-tenggara Provinsi Aceh. Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi yang ditentukan oleh NOAA Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa Epicentrum berada di barat daya Provinsi Aceh.
Selain itu Indonesia dan India juga merasakan keanehan tentang tidak adanya gempa ‘peringatan’ pada Seismograf mereka. Hal ini berarti bahwa gelombang kejut normal yang selalu mendahului sebelum gempa terjadi itu tidak ada. Namun NOAA menyatakan menerima ‘peringatan’ mengenai adanya gempa susulan, tetapi sama sekali tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan sebuah proses yang terjadi secara mendadak.

Maka ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa akan mulai bergetar, dan mengirimkan peringatan adanya gempa kepada semua Seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika gelombang yang diterima oleh Seismograf adalah gelombang P, maka yang dihadapi adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut. Nyatanya gelombang inilah yang diterima oleh Indonesia dan India. Gelombang ini secara mengejutkan sangat mirip dengan gelombang yang dihasilkan beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar di bawah tanah di Nevada.

Menyadari keanehan yang terjadi itu, pada tanggal 27 Desember 2004, India menolak untuk bergabung dalam rencana ekslusif Presiden George Bush yang akan menarik semua kekuatan Nuklir Asia dari koalisi baru dengan Rusia, Cina, dan Brazil.


Selain itu juga keanehan yang dapat kita saksikan secara langsung dengan mata kepala adalah kondisi mayat-mayat korban tsunami Aceh tersebut mati dengan keadaan yang hangus/hitam sejak hari pertama tsunami. Mungkinkah gelombang air laut dapat membuat tubuh manusia menjadi hitam dalam seketika, rasanya sungguh tidak masuk akal, hanya Allah maha tau segala-galanya.

Satu hal yang sangat penting untuk diketahui bahwa sesungguhnya gelombang tsunami hanya merupakan gelombang pelabuhan, sesuai dengan namanya yang berasal dari Jepang yaitu TSU yang berarti pelabuhan dan NAMI yang berarti gelombang. Jadi sedahsyat-dahsyatnya gelombang tsunami mestinya hanya akan melanda daerah sekitar pelabuhan atau pantai saja. Rasanya tidak mungkin gelombang laut tersebut sampai masuk ke daerah perkotaan seperti yang terjadi di kota Banda Aceh hingga radius 7-9 Km dari bibir pantai Ulhee Lhee sampai ke Mesjid Raya Baiturrahman yang berada di pusat kota.

Tentunya kita bertanya dengan alat secanggih apa yang bisa membuat bencana sedahsyat tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam tersebut. Hanya ada satu jawaban yang paling mungkin, yaitu dengan menggunakan Bom Nuklir. Bom yang pernah meluluhlantakkan kota Hirosima dan kota Nagasaki rata dengan tanah.
Bom itu diduga Thermonuklir, tak lain adalah nuklir yang dapat mengakibatkan ledakan dan menimbulkan gelombang laut yang maha dahsyat tersebut. Tiga bulan pasca tsunami, Provinsi Aceh dikepung oleh kapal induk milik AS yang diduga memiliki tujuan agar para peneliti tidak mendekati perairan Aceh dan mereka bisa membersihkan puing-puing sisa bom nuklir tersebut. Akan tetapi 2 bulan pasca tsunami yang melanda Aceh ditemukan sampah nuklir berserakan di Somalia, seperti yang diungkapkan oleh UNEP.

Namun Radio Voice Of America (VOA) mengklaim bahwa sampah nuklir itu berasal dari Eropa. Padahal pada tahun 1972 PBB telah mengeluarkan peraturan yang melarang membuang sampah nuklir ke laut, tetapi mengapa justru ditemukan adanya sampah nuklir di perairan Somalia saat itu.

M. Dzikron A.M mengungkapkan pendapatnya mengenai adanya tsunami buatan ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang menjadi faktor utamanya diduga berkaitan dengan motif ekonomi. Seperti kita ketahui bahwa Provinsi Aceh merupakan daerah yang menyimpan kandungan gas alam yang sangat banyak, untuk mengelabui warga Aceh sejak dahulu para peng-eksplore gas selalu menyebutkan bahwa cadangan gas Aceh hanya tersisa sedikt.

Aceh selain kaya akan kandungan gas, juga menyimpan cadangan minyak dan emas. Kawasan ini memang terkenal sangat kaya dengan sumber kekayaan alam. Ada Negara-negara besar yang tentunya ingin mempertahankan dan memperluas kekuasaannya dikawasan ini. Bisa jadi salah satu jalan yang ditempuh dengan melenyapkan sebahagian warga Aceh, yang selama ini dianggap mengancam keberadaan perusahaan minyak dan gas lantaran Provinsi Aceh terus mendesak tuntutannya agar diberi hak yang lebih besar terkait kekayaan alam di wilayahnya.



Karena demikian kompleksnya tanda-tanda yang muncul sehingga sulit untuk membedakan tsunami yang terjadi di Aceh adalah tsunami yang disebabkan oleh alam ataukah sebuah bencana yang memang diciptakan oleh tangan-tangan yang mempunyai kepentingan. Tapi mari kita sejenak mengingat janji Allah dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41, bahwa Allah telah berfirman “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah mengehendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Banyak orang tak percaya Tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan Nias di Sumatera Utara itu akibat rekayasa manusia. Mereka tidak percaya ada Negara besar yang mampu merekayasa bencana alam sedahsyat itu. Ada juga yang skeptis penggunaan energi Nuklir pasti menimbulkan efek lain, yaitu radiasi yang membawa banyak efek negatif bagi lingkungan maupun manusia di lokasi bencana. Siapa yang kenal nuklir dan efeknya sebelum terjadi di Hiroshima dan Nagasaki? Maka teori Tsunami akibat Nuklir pun dapat disikapi secara sama.

Secara teoritis, Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total berikut wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeboran minyak lepas pantai.


Di Asia terdapat lebih dari 300 anjungan. Siapa yang tahu jika salah satu dari anjungan itu dipilih menjadi tempat titik Episentrum gempa buatan itu? Kedua, yang lebih masuk akal, senjata yang digunakan bukan nuklir melainkan senjata SCALAR. Teknologi senjata baru ini memang berpotensi memanipulasi fenomena alam untuk menghancurkan musuh. Dari gempa bumi hingga angin topan dapat ditimbulkan dengan tembakan gelombang elektromagnetik berkekuatan sangat tinggi. Lebih logis jika senjata SCALAR ini yang mungkin digunakan untuk menimbulkan gempa besar yang memicu Tsunami Asia.

Tapi yang jelas,skenario menggunakan senjata yang mampu melakukan modifikasi lingkungan dan manipulasi fenomena alam, memang sangat canggih. Dengan menggunakan SCALAR, taktik “lempar batu sembunyi tangan” dapat diubah lebih efektif menjadi “lempar batu, datang, kasi bantuan dan jadi tuan”.

Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla. Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR.


Dalam bukunya “The Latest Weapon of War” (2000), Dr Rosalie Bertell, menyatakan bumi bisa digunakan sebagai alat baru untuk memenangkan “peperangan”. Bumi bisa digoncangkan dengan alat berteknologi tinggi. Secara tegas Bertell berkata, dalam persenjataan tentara AS senjata terkininya adalah bumi dan cuaca. “keduanya akan menjadi senjata pemusnah terburuk menjelang 2025” kata Bertell. Senjata elektromagnetik bisa memunculkan ledakan yang seperti halnya gempa bumi. Tentu saja kekuatan ini jauh melebihi kedashyatan senjata nuklir yang dikenal sebagai senjata pemusnahan massal.

Menurut Bertell, AS sudah melakukan uji coba sejak puluhan tahun lalu. Negeri Paman Sam pernah menggunakan gelombang elektromagnetik dan bahan kimia untuk melubangi ozon atmosfir di ruang udara beberapa negara asia. Ketika itu AS menggunakan Barium dan Lithium yang “dikirim” ke lapisan ozon dengan bantuan gelombang elektromagnetik. Tak heran jika antara periode 1980 hingga 1990, dilangit Amerika Utara sering muncul cahaya berpendar.


Uji coba itu menyebabkan gangguan luar biasa pada cuaca di seluruh dunia. “antara 1960-an hingga 1990-an, kadar bencana alam yang besar meningkat 10 kali lipat,” Kata Bertell. Fenomena El Nino antara 1997 hingga 1998 yang disebut-sebut banyak ahli sebagai penyebab kekacauan cuaca diseluruh dunia, sejatinya, didahului gangguan besar dan ketidakstabilan iklim di satu tahun sebelumnya. Pada 1996, terjadi banjir besar di Asia Selatan, Nepal, India dan Bangladesh. Demikian juga di Cina. Bencana terbesar terjadi di Kanada. Negara itu dihajar badai Tornado dan banjir.

Teori Bertell didukung Michel Chossudovsky yang berprofesi sebagai analis persenjataan global. Bahkan secara terang-terangan Chossudovsky menuduh Pentagon sudah lama berkecimpung dalam memanipulasi cuaca. April 1997, menurut Menhan William Cohen, AS terpaksa menghadapi serangan senjata perubah cuaca dengan senjata sejenis. Demikian juga dengan penggunaan gelombang elektromagnetik pemicu gempa. Washington kini menerapkan orde baru persenjataanya yang mempunyai kemampuan untuk merubah cuaca.” Kata Chossudovsky. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa presiden George Bush tidak mau menandatangani protokol Kyoto. Sebuah perjanjian antar bangsa mengenai kaidah pencegahan pemanasan global dan pemulihan alam.



Salah seorang pakar dari Phillips Geophysis yang bekerja dalam proyek HAARP (High Altitude Atmospheric Research Project) juga pernah mengungkapkan adanya riset yang diarahkan untuk menciptakan perangkat-perangkat pemicu bencana alam. Untuk mendukung kemampuan SCALAR-nya, AS menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi sangat rendah (Extremely Low Frequency atau ELF ) yang mampu menembus lapisan tanah dan lautan hingga ratusan kilometer di dalam perut bumi. Melalui modifikasi khusus, Gelombang itu mampu menggerakan lempeng tektonik bumi.

Menurut Dr Rosalie Bertell, seorang pengamat persenjataan non konvesional, gempa bumi yang ditimbulkan oleh ELF akan terkait dengan ionosfir (atmosfir yang berjarak 80-600 km dari permukaan bumi). Tak heran jika gempa bumi Tang Shan di China pada 28 Juli 1976, terjadi setelah muncul kilatan cahaya di langit China. Fenomena itu muncul akibat gelombang ELF, yang telah ditembakkan Amerika Serikat, setelah memanaskan ionosfir.


Munculnya kilatan cahaya juga terjadi pada gempa Aceh, Nias, Jogja, dan Pangandaran. Hal yang sama juga muncul pada 17 Oktober 1989, ketika gempa besar melanda San Francisco. Demikian juga gempa di California tanggal 12 September 1989. Harian Washington Post pada Maret 1992 meliris berita mengenai tertangkapnya gelombang radio misterius oleh sejumlah satelit dan radar menjelang terjadi gempa besar di beberapa negara antara tahun 1986-1989. Gempa-gempa itu terjadi di California, Amerika, dan Jepang. Gempa bumi yang menggoyang Los Angeles pada 17 Januari 1994 juga didahului dengan gelombang radio dan dua letusan hipersonik.

Menyikapi fenomena kilatan cahaya yang selalu mendahului terjadinya gempa, pada tahun 1997 Pentagon mengeluarkan sinyalemen, telah terjadi ancaman bagi keamanan dunia menggunakan senjata pemanipulasi cuaca, pencetus gempa bumi dan peletusan gunung api dari jarak jauh dengan menggunakan gelombang elektromagnetik.



Sebelumnya, pada pertengahan Juli 1996, sejumlah negara diguncang gempa. Yakni wilayah pegunungan Alpens Prancis, Austria, selatan Italia, timur laut India, Jepang, Indonesia, semenanjung Kamchatka dan selatan Mexico. Bahkan di New Zealand sebuah gunung berapi meletus.
Menurut sebuah sumber, AS pernah menghantam Korea Utara dan Kuba dengan senjata pengacau cuaca. Tujuannya, kemusnahan ekonomi, ekosistem serta pertanian. Upaya ini berhasil. Korea Utara dan Kuba pernah mengalami krisis akibat kacaunya cuaca di negaranya.

Bagaimana yang terjadi terhadap Indonesia? Situs Conspiracy News, menurunkan satu liris yang mengejutkan terkait bencana di Aceh. Di situs itu disebutkan, setelah 9 hari bencana Aceh terjadi George Bush mengeluarkan instruksi AS harus menguasai seluruh lautan dunia, untuk tujuan keselamatan dan pembangunan Aceh.


Sebuah fakta disodorkan. Sebelum gempa menggoyang Aceh, Australia dan pangkalan AS di Diego Garcia sudah mendapat informasi soal akan terjadinya gempa dan tsunami. walhasil, ketika tsunami menyapu, pangkalan militer tempat bersandarnya super tanker KC-135 itu sama sekali tidak terusik. Padahal jelas-jelas pangkalan yang dihuni dua ribu lebih personil militer itu berada di Samudera Hindia. Diego Garcia (pulau yang disewa AS dari pemerintah Inggris) yang jaraknya tidak jauh dari pusat gempa bumi dilaporkan hanya mengalami gelombang ombak setinggi 6 kaki saja.

Kita boleh percaya ataupun tidak terhadap analisis M.Dzikron A.M, dosen Fakultas Teknik Unisba Bandung ini, namun yang pasti marilah kita selalu berserah diri kepada Allah SWT yang menguasai atas alam dan seluruh isinya, mudah-mudahan Tsunami yang terjadi Aceh pada 26 Desember 2004 lalu adalah benar-benar sebuah peristiwa bencana alam, bukan bencana karena rekayasa tangan manusia.


sumber: http://yc3tlp.blogspot.com/2010/05/tsunami-aceh-thermonuklir-atau-bencana.html

Benarkah 26 Adalah Angka Sial Bagi Indonesia?

Kenapa tanggal 26 menjadi tanggal yang begitu mengerikan buat bangsa ini?
ada yang salahkan dengan tanggal 26 atau hanya satu kebetulan yang beruntun?
coba kita ingat-ingat beberapa kejadian mengerikan yang terjadi tanggal 26 di negeri ini
1. Tanggal 26 Agustus 1883: Gubung Krakatau Meletus
Spoiler for Krakatau:





2. Tanggal 26 Desember 2004: Tsunami Aceh
Spoiler for Stunami Aceh:





3. Tanggal 26 Mei 2006: Gempa Jogja
Spoiler for Gempa Jogja:





4. Tanggal 26 Juni 2010: Gempa Tasik-Jawa Barat
Spoiler for Gempa Tasik:





5. Tanggal 26 Oktober 2010: Tsunami Mentawai
Spoiler for Tsunami Mentawai:







6. Tanggal 26 Oktober 2010: Erupsi Gunung Merapi-Jogja
Spoiler for Erupsi Merapi:





7. Tanggal 26 Desember 2010: Tim Garuda kita, kalam!!!
Spoiler for Timnas:

 
Tapi di sisi laen, mungkin kekalahan timnas kita ini bisa memberikan solusi terhadap isu baru bangsa ini, yaitu: politisasi timnas... dan media yang berlebih-lebihan dan tak henti-hentinya membahas kekuatan...

Wisata Di Banda Aceh

Empat Tahun Tsunami

Objek Wisata di Aceh Menggeliat Lagi


SP/Muhammad Hamzah
Gambar Meseum Tsunami yang terletak di Jalan Iskandar Muda, persisnya di bekas kantor Dinas Peternakan Aceh. Foto diambil dari udara, baru-baru ini.
minggu, 26 Desember 2004, pukul 08.30 WIB silam, menjadi hari yang menyesakkan dada semua rakyat Aceh. Pada hari itu, negeri berjulukan Bumi Serambi Mekkah atau Negeri Ayariat Islam ini, spontan luluh-lantak dihantam gempa dan tsunami yang menewaskan lebih 250.000 jiwa manusia dan 600.000 jiwa penduduk kehilangan tempat tinggal. Sektor lainnya yang tidak berbekas adalah objek wisatanya. Sekitar 80 persen objek wisata di Aceh hancur dan beberapa daerah saja yang masih memiliki objek wisata alam dan buatan.
Dalam bencana dahsyat tersebut, sedikitnya 500 objek wisata yang tersebar di wilayah pantai Banda Aceh, pesisir barat, dan timur Aceh hancur lebur. "Kini, empat tahun kemudian, sebagian lokasi tersebut sudah dibangun kembali, baik melalui dana anggaran Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Nangroe Aceh Darussalam (NAD)-Nias maupun bantuan lembaga donor dan pemerintah pusat dan daerah/kabupaten kota," ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Mirzan Fuadi kepada SP di Banda Aceh, baru-baru ini.
Ia menambahkan, salah satu program pemerintah dan BRR NAD-Nias adalah mengembangkan pariwisata andalan di Aceh, membangun museum nasional tsunami, menjadikan kapal PLTD Apung yang terdampar di perkampungan penduduk sebagai lokasi wisata andalan. Pembangunan kawasan itu menghabiskan dana puluhan miliar rupiah. Selain itu, juga dibangun kembali objek wisata Sabang, Simelue, Meulaboh, Aceh Jaya, Aceh Besar, dan Banda Aceh, serta daerah-daerah lainnya. Pihak dinas juga telah menjalin kerja sama dengan Malaysia untuk mengembangkan pariwisata.
Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menyebutkan, pascaempat tahun bencana tsunami, Aceh banyak mengalami kemajuan dalam segala sektor kehidupan. Di ibukota provinsi misalnya, ada sejumlah objek wisata andalan yang menjadi pusat perhatian setiap pendatang, seperti tempat terdamparnya kapal PLTD Apung di kawasan Punge Blang Cut, Banda Aceh. Kapal ini saat terjadi bencana, terdampar sekitar 5 km dari tempat sandar di Pelabuhan Ulee Lhee, sehingga siapa pun yang melihatnya bisa langsung tercengang.
Lokasi ini, tidak hanya menjadi tontonan orang lokal, tetapi juga banyak pejabat negara bahkan dunia, pernah melihatnya seperti Sekjen PBB waktu itu, Koffi Anan, Presiden Amerika Serikat George W Bush, mantan Presiden AS, Bill Clinton, dan sejumlah pejabat dunia lainnya.
Tidak jauh dari lokasi PLTD Apung dibangun sebuah Taman Edukasi Tsunami bantuan dari PT BMW Indonesia dan Yayasan Citra Mandiri Jakarta. Taman ini akan dijadikan lokasi pembelajaran bagi anak-anak usia dini. Di tempat ini juga ditanami aneka jenis pohon-pohon langka yang pernah tumbuh di Aceh dan hilang diterjang tsunami.
Begitu juga dengan Museum Tsunami. Museum yang dibangun pada bekas kantor peternakan di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh ini terlihat sangat megah dan mewah. Museum ini akan menjadi objek wisata andalan pada masa mendatang. Selain museum, di tempat itu nantinya akan tersedia berbagai informasi tentang tsunami. Sementara di Ulee Lhee juga dibangun sebuah gedung mewah untuk dijadikan sebagai tempat riset Internasional.
Di meseum ini nantinya akan dipamerkan bermacam-macam foto pesawat pengangkut bantuan dari berbagai negara yang mendarat di Bandara Iskandar Muda, NAD dan Polonia, Medan. Kemudian, foto kunjungan para pejabat dunia seperti Sekjen PBB Koffi Annan dan petinggi-petinggi negara sahabat, dan foto-foto lain yang menggambarkan secara komprehensif terjadi gempa dan tsunami.
Selain itu, monumen ini akan berfungsi seperti ground zero di Bali atau New York yang dibangun untuk mengenang bencana bom, sehingga bisa mengingatkan generasi-generasi nantinya bahwa di Aceh dan Sumut pernah terjadi bencana alam terdahsyat dalam sejarah umat manusia.
Aceh memiliki beberapa potensi wisata, yakni objek wisata bahari, alam, pantai, hutan taman nasional, air terjun, gunung, monumen sejarah, seperti Taman Kureukop, Mesjid Baituirrahman, pesawat RI 001, gua, pulau, dan kawasan wisata Islami seperti sejumlah mesjid bersejarah dan Taman Terima Kasih Dunia di Blang Padang Banda Aceh, serta kuburan massal yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. [SP/Muhammad Hamzah]

KEBESARAN ALLAH


 
1) Tsunami menggulung Aceh. Namun, di setiap musibah ada suatu keajaiban dan mukjizat Tuhan. Salah satunya, bangunan-bangunan masjid, yang masih tetap berdiri meski sekitarnya porak-poranda. Tuhan memperlihatkan kebesaran-Nya. Bangunan untuk bersujud kepada-Nya di salah satu sudut kota Meulaboh ini tampak tetap berdiri kukuh. Bangunan di sekitarnya roboh, kecuali pohon kelapa
 2) Keajaiban Tuhan juga tampak pada Masjid Raya Baiturrahman,yang merupakan mesjid kebanggaan rakyat Aceh. Hampir seluruh bangunan di kota Banda Aceh roboh, namun masjid bersejarah itu tetap berdiri. Hanya ada sedikit kerusakan.
3) Subhanallah. Terserah bagaimana manusia menterjemahkannya. Masjid di Meulaboh berkubah warna gelap ini tampak tetap berdiri. Sejumlah bangunan di sisi-sisinya tampak tidak tersisa.
4) Masjid berkubah putih di sudut lain kota Meulaboh juga tampak tetap berbentuk. Lihat sekitarnya, tampak porak-poranda.
5) Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh dilihat dari udara. Masjid ini tetap kukuh dan saat ini dijadikan tempat pengungsian. Hanya menara di depan masjid yang mengalami sedikit kerusakan.

Puluhan masjid Aceh tak jejas


 
BANDA ACEH: Berpuluh-puluh masjid masih berdiri teguh dengan kubah mereka terserlah di bawah sinar matahari, di tengah-tengah kehancuran beberapa bandar di sini – satu fenomena yang menunjukkan kekuasaan Tuhan di samping seni bina yang bagus.

Kesan bencana tsunami di utara Sumatera, Indonesia 26 Disember lalu menyebabkan sebahagian besar rumah dan bangunan di beberapa bandar ranap akibat dihentam ombak besar.

Namun, di sepanjang pantai yang dilanda bencana, puluhan masjid masih berdiri teguh.

“Kekuasaan Tuhan menghalang masjid daripada ranap,” kata Mukhlis Khaeran, yang menyaksikan ombak menghanyutkan rumahnya di Baet dekat sini, tetapi tidak menjejaskan masjid berdekatan.

“Dia menghukum kita kerana ketamakan serta keangkuhan, tetapi Tuhan akan melindungi rumahnya (masjid),” Khaeran memberitahu AFP, dengan lengannya cedera kerana bencana yang mengorbankan lebih 100,000 orang di Aceh.

Masjid adalah pemandangan biasa di kebanyakan tempat di Indonesia, terutama di Aceh, yang dianggap sebagai pintu masuk Islam ke negara kepulauan itu yang mempunyai paling ramai penduduk Islam.

Meskipun terbabit dalam perjuangan kemerdekaan sejak lama dulu, Aceh, yang sebahagian wilayahnya melaksanakan undang-undang syariah, terus menjadi wilayah utama penduduk Islam di Indonesia.

Kepercayaan keagamaan di Aceh serta sekitar Lautan Hindi diuji pada 26 Disember lalu apabila gempa bumi mencetuskan ombak besar yang melanda pantai dan memusnahkan kawasan terbabit.

Ketika sesetengah penduduk bercakap mengenai kemurkaan Tuhan, beratus orang berlindung di masjid dalam keadaan panik untuk lari daripada ombak ganas dan berdoa kepada Tuhan selepas bencana tsunami.

Di perkampungan Kaju, dekat sini, ratusan rumah musnah manakala masjid di kawasan terbabit hanya mengalami kerosakan dinding.

“Penduduk Aceh berkata masjid adalah rumah Allah dan tiada siapa boleh merobohkannya melainkan Tuhan sendiri,” kata Ismail Ishak, 42, yang menggali timbunan runtuhan rumahnya untuk mencari tujuh saudara maranya.

Di Pasi Lhok, kira-kira 20 kilometer dari pekan Sigli, utara Aceh, 100 orang yang lari berlindung dalam masjid selamat, manakala hampir setiap rumah di lima kampung sekitarnya ranap, kata imam besar kawasan itu, Teungku Kaoy Ali.

Di Meulaboh, pekan di barat Aceh yang terletak 150 kilometer daripada pusat gempa bumi yang mencetuskan ombak besar maut itu, 10,000 mati tetapi masjid di bandar itu tersergam di tengah-tengah kehancuran.

Seorang penduduk disini, Achyar berkata, apabila beliau melihat ombak besar muncul dari laut, nalurinya menyatakan lari ke masjid berhampiran.

“Saya memanjat menara masjid dan memegang kuat kepada wayar elektrik sehingga air surut.

“Kebanyakan daripada rakan Cina saya lemas kerana mereka berlindung di tingkat dua kedai mereka,” katanya.

Satu penjelasan yang diberi kenapa masjid tidak musnah adalah kebanyakannya dibina lebih kukuh daripada struktur lain.

Namun, sebuah masjid di Sigli dibina daripada kayu tetapi masih terselamat walaupun bangunan lain di sekelilingnya musnah.

Masjid Baiturrahman di sini rosak sebahagiannya daripada gempa bumi dan tsunami, tetapi terbukti berguna sebagai tempat berlindung, hospital untuk rawat mereka cedera dan kini juga sebagai rumah mayat. – AFP

SEBELUM & SELEPAS TSUNAMI

     
 
     
 

Memperingati Enam Tahun Tsunami di Aceh



Ribuan warga Banda Aceh akan memperingati 6 tahun bencana tsunami yang jatuh pada hari ini minggu 26 Desember 2010. Peringatan 6 tahun bencana maha dasyat tersebut akan diisi dengan pengajian dan pembacaan doa untuk para korban tsunami.

"Nanti akan ada pengajian dan pembacaan doa. Ribuan warga, pejabat dan beberapa perwakilan negara sahabat juga direncanakan hadir dalam peringatan ini," ujar Kabiro Hukum dan Humas Sekda Aceh, makmur Ibrahim kepada detikcom, Minggu (26/12/2010).

Peringatan 6 Tahun tsunami tersebut akan dipusatkan di Pelabuhan Ule-le, Gampung (Desa/kelurahan) Ule-le, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Menjelang, siang acara akan dilanjutkan dengan tausiah di kota Banda Aceh.

"Untuk tausiah, akan kita selenggarakan di Masjid Agung Banda Aceh. Alhamdulillah cuaca hari ini juga cerah, kita berharap acara berjalan lancar nantinya," tambahnya.

Peringatan 6 tahun bencana tsunami kali ini juga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Peringatan kali ini jatuh pada hari yang sama, saat air bah memporak porandakan Aceh 6 tahun silam.

"Kejadian tsunami itu hari Minggu, dan selama ini kita memperingati bencana tsunami, baru kali ini jatuh tepat di hari Minggu. Dulu natalnya pun Sabtu, jadi peringatan kali ini agak berbeda